Minggu, 01 Februari 2009

OPINI

MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Oleh: Karel K. Arsima

Orang yang berada pada suatu Negara tertentu dan memenuhi norma-norma yang ada disuatu Negara itu akan menjadi warga Negara. Secara hakiki penentuan warga Negara itu menganut 3 azaz yaitu: Ius soli, Ius Sangunius dan Naturalisasi (pewarganegaraan). Yang ditekankan menjadi warga Negara yang baik adalah sikap dan pola pikir yang biasanya diterima oleh seluruh warga Negara. Dan menjadi warga Negara harus memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya

Berbicara tentang warga Negara ada kaitannya dengan Negara karena warga Negara adalah salah satu unsur dari Negara. Pengaruh warga Negara dalam perkembangan dan kemajuan suatu Negara menjadi bagian yang terpenting karena penekanan pada sikap, prilaku dan pola pikir yang universal. Tujuan utama berdirinya suatu Negara adalah mencapai suatu kebebasan, perlindungan dan kesejahteraan setiap warga Negara. Oleh karena itu kemajuan dan kemunduran mempunyai kaitan dengan perkembangan warga Negara begitu pun sebaliknya sikap dan pandangan setiap warga Negara tentang negaranya akan membawah Negara kedepan.

ARTI WARGA NEGARA

Pandangan setiap warga Negara tentang makna dari warga Negara hampir sama. Kedudukan setiap warga Negara dalam tata kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan serta hukum mempunyai kedudukan yang sama seperti yang tercantum dalam pasal 27 UUD 1945. Namun yang menjadi suatu pertanyaan, apakah orang yang berada disuatu Negara dikatakan warga Negara?, ternyata tidak. Yang dimaksudkan dengan warga Negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan Negara. Dalam hubungan antara warganegara dan Negara, warga Negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya warga Negara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindung oleh Negara.

Timbulnya warga Negara terjadi secara alami dan yuridis dan dikenal dengan 3 asas: Pertama, Ius Sangunius: adalah asas keturunan atau hubungan darah, artinya bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh orang tuanya. Kedua, Ius Soli: adalah asas daerah kelahiran, artinya asas bahwa status kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya. Ketiga, Naturalisasi: adalah kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh hukum atas dasar keinginannya sendiri. Contoh: pindah warga Negara. Dari ketiga asas diatas mempunyai landasan bagi setiap rakyat untuk menentukan warga negaranya sesuai keinginannya masing-masing. Dari sini dapat kita lihat bahwa ada kebebasan untuk menentukan warga negaranya. Selain dari pada itu pemindahan atau penentuan warga Negara harus mengikuti norma-norma yang berlaku dan mempunyai dasar yang kuat baik secara yuridis maupun sosiologis.

WARGA NEGARA YANG BAIK

Cita-cita luhur Bangsa Indonesia adalah setiap rakyat Indonesia yang mempunyai jiwa warga Negara yang baik. Yang menjadi indikator warga Negara yang baik adalah sebagai berikut: Pertama, Ber-Tuhan. Artinya warga Negara yang menempatkan Tuhan sebagai kekuasaan tertinggi sebagai maha pencipta (kuasa prima), dengan wujud sikap sebagai umat yang beragama dan beriman. Kedua, Cara pandang nasional. Artinya pemikiran dan prilaku setiap warga Negara berpedoman pada ideology kebangsaan (nasionalisme). Ketiga, Berjiwa besar. Artinya warga Negara tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan tetapi memperhatikan kepentingan umum. Keempat, Berjiwa integritas. Artinya warga Negara selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan selalu mengingatkan orang yang merongrong Kesatuan Bangsa Indonesia (patriotisme).

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat) lebih mengedepankan hukum (menjunjung tinggi hukum) demi keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu untuk memwujudkan warga Negara yang baik akan diuraikan dalam UUD 1945 mengenai hak dan kewajiban warga Negara, seperti: (a). Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warga Negara yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan. (b). Pasal 27 ayat (2) menetapkan hak warga Negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (c). Pasal 27 ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan kewajiban warga Negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan Negara. (d). Pasal 28 menetapakan hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. (e). Pasal 29 ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya. (f). Pasal 30 ayat (1) dalam perubahan kedua UUD 1945 menyebutkan hak dan kewajiban warga Negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara. (g). Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Hak dan kewajiban yang telah diatur dalam UUD 1945 merupakan hak dan kewajiban secara yuridis formil, tetapi ada hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang berlaku dimasyarakat seperti: kebiasaan-kebiasaan pada suatu daerah tertentu, komunikasi sosial (tindakan sosial), tindakan sosial dan nilai-nilai agama masing-masing.

Menjadi warga Negara yang baik memang bukan sesuatu hal yang mudah dan gampang, tetapi membutuhkan keinginan dan keseriusan dari setiap orang. Awal terbentuknya menjadi warga Negara yang baik berasal dari dalam diri masing-masing (sikap moral), moral yang baik akan memwujudkan sikap yang nasionalis, patriotis dan pancasilais. Yang harus disadari bahwa jiwa yang suci akan diwujudkan dalam sikap atau perbuatannya. Lantas bagaimana dengan moral warga Negara Indonesia?. Oleh karena itu menginginkan warga Negara yang baik maka akan dibina semangat dan jiwa yang luhur (nasionalisme bukan chauvinisme) atau rekonstruksi moral bangsa.!!!

Oleh: Karel K. Arsima, S.Pd

Mahasiswa Hukum Inv. Kanjuruhan Malang

Selasa, 25 November 2008

BERITA POS KUPANG

Borong, Ibu kota Manggarai Timur

Ruteng, NTT Online - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Manggarai memutuskan dan menetapkan Borong sebagai calon Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur dalam rapat paripurna istimewa, Rabu (15/2). Keputusan tersebut dituangkan dalam SK No: 04/DPRD/2005 yang ditandatangani Ketua DPRD Manggarai, Ongge Yohanes, B.A. Dalam waktu dekat pimpinan Dewan, ketua fraksi, tokoh masyarakat dari enam kecamatan bersama Bupati Manggarai Drs. Christian Rotok, akan menyerahkan keputusan itu kepada Komisi II DPR dan Depdagri.

Seperti disaksikan Pos Kupang, kemarin, sidang yang berlangsung di alula DPRD dan dipimpin Wakil Ketua DPRD Manggarai, Cosmas Djalang, B.A itu berlangsung alot. Pimpinan sidang didampingi Ketua DPRD, Ongge Yohanes, Wakil Ketua, Lodovikus Bagus dan Bupati Manggarai, Drs. Christian Rotok.

Dalam arahan awal pimpinan sidang menegaskan, rapat paripurna istimewa DPRD dengan agenda tunggal penentuan calon Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur sebagai apresiasi surat panitia musyawarah DPRD Manggarai. Sebab, hal mendesak yang harus dilakukan DPRD Manggarai adalah menetapkan calon Ibu kota Kabupaten Manggarai. Karena itu DPRD Manggarai harus segera menetapkan calon Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Namun sebelum sidang dimulai, anggota DPRD mendapat arahan singkat dari Bupati Manggarai, Drs. Christian Rotok, Kepala Bappeda, Dr. Frans Salesman dan Kepala Litbang, Drs. Frans Padju Leok.

Bupati Rotok mengatakan, sesuai informasi dan berita koran bahwa PP 129 yang mengatur pemekaran wilayah akan diperbaharui sehingga peluang dan usulan pemekaran suatu wilayah bakal diperketat. Karena itu, terang Bupati Rotok, mengingat limit waktu yang sangat mepet sebelum perubahan PP 129, maka persyaratan usul pemekaran wilayah harus segera dilimpahkan. Sebab, usulan pemekaran wilayah Manggarai Timur sudah diserahkan kepada Komisi II DPR, namun belum dilengkapi dengan calon ibu kota. Karena itu eksekutif dan legislatif harus segera memutuskan dan menetapkan calon ibu kota kabupaten.

Ketua Fraksi Golkar, Bernadus Daguk, kemudian diberikan kesempatan menyampaikan hasil keputusan bersama tingkat fraksi. Daguk mengatakan, Fraksi Golkar menyetujui Borong sebagai calon Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Keputusan itu harus disosialisasikan kepada masyarakat sesuai PP 129.

Ketua Fraksi PDIP, Ignasius Dahus, Fraksi Manggarai Bersatu, Petrus Yace Nono, juga menyampaikan dukungan yang sama. Namun keduanya menambahkan, penetapan calon ibu kota kabupaten harus merupakan kesepakatan bersama antara eksekutifdan legislatif.

Mendengar laporan tersebut, pimpinan sidang langsung membacakan hasil keputusan. Keputusan bersama itu dituangkan dalam SK No: 04/DPRD/2006 yang intinya menyetujui Borong sebagai calon Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Pos Kupang

Rabu, 12 November 2008

Time 4 Martim

Martim tunjukkan siapa diri anda sebenarnya

Minggu, 19 Oktober 2008

PENDIDIKAN vs PACA (MAS KAWIN) MANGGARAI

Malang-IKAMARTIM Malang Raya dibawah kordinir departemen LITBANG mengadakan sarasehan ilmiah di Univ. Kanjuruhan dengan tema Pendidikan Berbasis Budaya. Kegiatan ini diadakan untuk menambah wawasan anggota IKAMARTIM mengenai Budaya Paca Manggarai serta keberadaannya yang kadang mempengaruhi proses pendidikan di Manggarai. Sarasehan ini menghadirkan Bpk. Konstantinus Noda, S.S sebagai pembicara, dengan moderator Karel K. Arsima. Kegiatan ini berlangsung cukup lama yaitu dari jam 11.30 - 14.30 WIB.
Dalam diskusi kali ini ada banyak pro dan kontra tentang keberadaan budaya paca (sering disebut belis) di Manggarai yang sangat membebani pihak laki-laki, sampai kadang pendidikan itu tidak diperhatikan, karena banyak untuk dikorbankan ke Paca. Namun diakhir acara sebagai kesimpulan Pemateri mengatakan bahwa budaya dan pendidikan itu harus berjalan berdampingan. Budaya itu Indah, sehingga patut dilestarikan, Kata Sipri Pempot, s.Sos di sela sela pembicaraan dengan nara sumber. (Hans/Red.)

untuk mendownload materi, klik di sini

Senin, 06 Oktober 2008

JANGAN PERNAH RAGU UNTUK MAJU

Kawan IKAMARTIM, coba kalian lihat di sekeliling anda. Bedakan dengan kondisi MARTIM? iri dong. oleh karerna itu, sebagai generasi penerus martim, Kita semestinya tau fungsi keberadaan kita di dunia, khususnya di daerah MARTIM. dan satu kalimat agar kita bisa berubah adalah agar kita JANGAN PERNAH RAGU UNTUK MAJU. kita tak mungkin bisa melangkah apabila kita ragu untuk mengawali langkah kita.thanks (Red)

Senin, 22 September 2008

IKAMARTIM TETAPKAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA




Malang – Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur (IKAMARTIM) Malang Raya kembali mengadakan kegiatan. Kegiatan yang berlangsung di Ruang C1 Univ. Kanjuruhan Malang pada (21/ 9) bertemakan Musyawarah besar (MUBES) IKAMARTIM. Sekitar 40 warga IKAMARTIM Malang hadir dalam musyawarah yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Musyawarah yang membahas anggaran Dasar dan anggaran Rumah tangga itu dibuka oleh Sipri Pempot, S.Sos selaku Ketua Umum IKAMARTIM Malang. Selaku Ketua, dalam membuka musyawarah Sipri mengatakan bahwa kegiatan ini perlu dilakukan agar organisasi IKAMARTIM bisa berjalan pada relnya, sebagaimana kereta api yang selalu berjalan di atas rel.
Untuk memperlancar jalannya MUBES, maka ketua umum memilih beberapa orang lagi antara lain: Karel K. Arsima sebagai pemimpin sidang, Hironimus sebagai wakil, Hans Satu, sebagai Sekretaris. Kegiatan ini berlangsung lancar. Semua yang hadir sangat antusias dalam memberikan idenya yang cemerlang untuk perkembangan IKAMARTIM ke depan.
Untuk mempererat persahabatan, maka disela-sela musyawarah ketika waktu istirahat 10 menit, warga IKAMARTIM yang hadir dipersilahkan untuk makan ubi bersama, sebagaimana kebiasaan orang Manggarai pada umumnya.
Dalam musyawarah sempat ada ketegangan yang muncul. Hal itu dipicu karena pro dan kontra pada suatu pernyataan. Ada pihak yang tidak mau berubah dari pernyataannya walaupun pernyataannya tidak diterima oleh sebagian besar anggota yang hadir. Namun sebagaimana lazimnya dalam musyawarah, ketegangan itu berakhir dengan senyum dan tawa.
Musyawarah ini berakhir pukul 16.30 WIB. Diakhir musyawarah diadakan foto bersama untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota. (Hans/Red)

Selasa, 09 September 2008

We are what we choose


The wold becomes so gloomy and life seems to be unworthy of living because of so many wrong decisions made by men. Many people in the world find themselves fragmented and little security and less hope for their future. No doubt, threats and hatereds color the talks of their days. And even up to the extend that they decide to put to an end to their precious gift of life as a an expression of and or as the short-cut of their disappointment to life. They, influenced by their wrong decisions, often tend to view life more as a disaster to be avoided as much as possible than a grace or God-given gift to be lived to the fullest in this beatifully fashioned world. As a matter of fact, moreover, they often wonder if happiness will ever find its way back into their lives. Therefore, it is the perfect time for them to be reminded of the precious gift of each day presents to them and never substitute the real beauaty around us for some far-off dreams of tomorrow by making the right choice today.
We, therefore, do agree that one of the most challenging aspects and momentous in our lives is decision making. People must choose what they are going to do and what they are not going to do. What they are going to say and what they are not going to say. That is why no wonder if we see clearly and identify distictively the core value of this troubled world relies on the decision making. We ourselves witness young people sometimes make frightening choice concerning their life. Parents too do the same thing concerning their family life. The presidents of the states and the managers of the companies make their choice that often time affects the life of others. Thus, the essential and fundamental question for all of us is what does it mean to choose or is it true that life is absurd because of what we choose?
The variety of things in life makes us to choose and we are the products of our choice that we have chosen. The fact shows that the reason why we are here today is because of the choices our parents have chosen. I am pretty sure that our fathers or mothers have had many girl-friends or boy-friends before they got married. Supposing our fathers decided not to choose our mothers to be their wives but another woman, i am convinced that we are today would not be the same as what we look like today. Henceforth, we are the products of their choice to exist and to be what we are in this beatiful world of today.
Our life today is the result of our choices of the past and our life tomorrow will be the result of our choices that we make today. John Paul Sartre says that existence precedes essence means that people first of all exist, confront themselves, emerge in the world, and define themselves. Thus, sartre’s chief point is highly subjective that people can presumbly set out to make of themselves anything they wish because human have greater dignity than stone. What a person gives dignity is possesion of subjective life meaning that something which moves itself toward future and is conscious that it is doing so. Therefore, man, as he says, is beig-for-itself or conscious subject which differentiates him from a stone or being-in-itself. To be a conscious subject is to stand constantly and responsibly before future for his existence rests aquarely upon each man. For example, we who want to be teachers or leaders of tomorrow. Our choices we make today should lead us to it. In other words, we cannot say that i am committed today but i will not be committed tomorrow. It is not a genuine choice because when we choose we are fully aware of it therefore we are responsible for whatever cosequence of it.
Our choices reveal who we are. I would like to give you an example of a beatiful picture drawing. We know that it has been made by someone who had in his mind a conception of it, including what it would be used for. Therefore, when we think of people’s nature we tend to describe them as a product of a maker or of a creator. If that is, man is what he makes of himself, he has no one to blame for what he is except himself. Furthermore, when a man chooses in the process of making himself, he chooses not only for his individuality but he is also responsible for all men. As what Sartre says hat eventhough we create our own values and thereby create for ourselves we nevertheless create at the same time an image of our human nature as we believe it ought to be. When we choose that or this way of acting, we affirm the value of what we have chosen and nothing can be better for anyone of us unless it is better for all. Finally, let us be aware of our choices for what we are what we choose. We are not in the past nor in the future but we will become what we are unless we make our choice rightly today. If today you choose wrongly, you must be reliable to your essence.
By: Fransiskus Jemadi (Ikin)